Kama Sutra: preliminary notes
Most people are misled to believe that Kama Sutra is a book full of sexual instruction and poses. It is not! Among Indologists Vatsyayana’s work is known as a serious academic work. Maybe you can compare his work to scientific works in sociology and/ or anthropology. Or even more appropriate, IMHO, to see Vatsyayana in his ancient Indian context as you see Sigmund Freud in his Victorian era contemporaries.
Since demythologization has been one of my lifelong dedication, I decided to read the latest translation of Vatsyayana’s work by Prof. Alain Daniélou, a French Indologist. I read the (obsolete) Victorian translation by Sir Richard Burton a couple of years ago. Yet, the newer translation should offer new insights. Not only Daniélou worked on an unabridged version of Kama Sutra, he also included the commentaries – also considered as important reading material in Indian philosophy – by Yashodhara in the 12th century and by Devadatta Shastri in modern Hindi.
saya ko lebih suak liat filmnya daripada baca bukunya.. weekz..
It also happened with Serat Centhini, a Javanese transcript which is assumed as Kamasutra in Javanese version.
Serat Centhini is also not only a transcript about sexual manual instruction but moreover about human relations.
@ Mahendra
kama sutra jawa bukannya “Katuranggan”?
@ kenz
bisa dimengerti sih… buku aslinya bahasa Sansekerta, bahasa jadul pula 😎
@Mahendra dan Sitijenang
Itu salah satu alasan kenapa saya mau kupas Kama Sutra sampe ngelotok, gara-gara ada orang nanya, ” Serat Centhini tuuu… sex manualnya orang Jawa yak?” Terus bawa-bawa copas dari situs orang yang membandingkan Serat Centhini dengan Kama Sutra pula. Penulisnya sudah bisa dipastikan ga pernah baca baik Kama Sutra maupun Serat Centhini yang asli. 😥
Yashodara itu kayak nama istri Siddharta bukan? 😕
saya familiar aja dengan nama Yashodara, Devadatta, Suddhodana dll.
maaf, gak nyambung yah? 🙄 abis umur saya gak nututi dg topiknys sih
*duduk memperhatikan dengan seksama*
wah komentar saya ketelen akismetkah? kok hilang.
baru preliminary kayaknya udah berat banget.
@ Sitijenang
Katuranggan dari kata turangga yang artinya kuda. Ukuran keberhasilan laki-laki Jawa tempo doeloe jika telah memiliki 5 hal : wanita (pendamping hidup), wisma (rumah), curiga (keris/senjata/alat bela diri), turangga (kuda/kendaraan), dan kukila (burung/hiburan/klangenan).
Monggo coba dibaca lagi Serat Centhini. Tabik… 🙂
@ Mahendra
lha monggo dibaca juga cuplikan ngelmu katuranggan.
@ Illuminationis
kemungkinan sih Anda sudah tahu, tapi saya nemu referensi lumayan nih. menurut abang saya ini yg paling dekat kemiripannya dengan kama sutra: asmaragama
@ Lumiere
yup, cuma Yasodhara ini lelaki dan hidup di abad ke-12 sedang Yasodharā (a-nya yang terakhir dibaca panjang) perempuan dan hidup abad ke-5 SM.
@ Gentole
nimbrung juga boleh loh
@ Mahendra & Sitijenang
Saya juga masih perlu baca tuh Serat Centhini, sejak dibeli masih nganggur di lemari buku
@ Sitijenang
Katuranggan perempuan, kuda, keris , burung => wakakaka, dideretnya sama binatang dan pusaka? Jadi perlu dilihat seblakannya juga untuk kesan pertama?
Asmaragama => ya semacam itu. Ini maksudnya etimologi kata asmara + agama = asmaragama (ritual asmara) ?
@ Illuminationis
he he he… orang jaman dulu mungkin bingung mo dimasukkan ke mana. berhubung yg mirip adalah tunggangan, perempuan pun masuk kategori turangga.
kalo menurut Zoet Moelder (bener gak nih) kata dasarnya ‘smaragama’ (praktik bercinta).
@ Sitijenang
asemmmm… perempuan disamakan kuda
Hampir betoel, Zoetmulder. Nah dia ini SJ – tapi bukan Siti Jenang 😎
jadi gendhing Asmaradana itu, dari smara + dana
kalo asmara itu apa?
dalam khasanah budaya jawa dikenal Gatholoco (gatho=kelamin laki2, loco=gerakannya) Darmogandul (Darmo=darma, solah tingkah, af’al Gandul=yang gemandul,kelamin laki-laki) lalu ada Mijil (metu, keluar)
semua bukan sesuatu yang porno namun adalah ilmu tentang kejadian manusia
secara kultur hendak berpesan manusia secara fitrah sebenarnya sama tiada yang lebih mulia
manusia lahir tidak bertemu sama nabi tapi sama ayahibu
juga Ibu disebut Pancering Urip=Pusat Hidup
ayah disebut Lajering Allah=Pokok Tuhan
@ Illuminationis
kalo saya aliran sak sire dhewe 😎
smara = asmara. menurut kamus Jawa Kuna bikinan Zoetmulder artinya bisa cinta; cumbu; mengingat. (a)gama artinya bisa aturan (undang-undang); jalan; perjalanan; metode; praktik. *jadi buka2 kamus lagi* 😎
@ tomy
Dulu ada baca hasil wawancara dengan Rendra (kalo ga salah inget), konteksnya soal praktek kebatinan, “… jangankan bertemu Nabi, bertemu Mbahmu saja tidak.”
Kegiatan seksual seringkali dipakai buat analogi dalam teks agama dan/ atau kebatinan. Bukannya porno, tapi karena seks merupakan bagian kehidupan sehari-hari jadi orang-orang lebih mudah memahami :mrgreen:. Contoh (sadis):
@ Sitijenang
itu kamus edisi tahun berapa? Ada terjemahan ke bahasa Indonesia?
nah itu yang disebut sejatining rasa, tidak cuma mulut atau pendengaran tapi seluruh indera manusia berikut angan2 & imajinasi ikut merasakannya
ngga ditambahin Tatta ato Assaji sekalian? 🙄
*ups, 2 itu fiktif kayanya *
..
..
jadi intinya ini buku filsafat? 😕
@ illuminationis
terbitan 2004. setahu saya terkini tuh. terjemahan bahasa Indonesia. 😎
Waaaahhh…., aku ketinggalan jauh nich diskusinya…
@ Siti Jenang
Nampaknya memang para leluhur selalu menuliskan dengan komprehensif berbagai aspek kehidupan dalam karya2 mereka walaupun mungkin judulnya spesifik.
Mereka lebih suka dengan teknik induktif ketimbang deduktif seperti yang umumnya sekarang digunakan.
Saya yakin karya2 mereka saling melengkapi satu sama lain. Bukan saling menegasikan.
@illuminationis
Terima kasih Bro sudah menjadi host atas diskusi yang menarik ini…
@ Arm
Menurut saya lebih cenderung ke studi deskriptif. “Gini lho praktek/ kehidupan sehari-hari (dalam bidang seksual) di masyarakat India (strata sosial tertentu, daerah tertentu) pada waktu itu.”
@ semua
Berkat partisipasi kalian maka catatan singkat ini bisa jadi bahan diskusi yang dinamis. ^0^ Kehadirannya dinantikan juga di episode berikutnya
where can i find that book ?
@ eka
di Amazon